PSBB Lagi

PSBB Lagi
Oleh: ust.Deni Prasetio, SKM
Anies menarik rem darurat, kita kembali pada PSBB awal yakni bulan Maret. Yang sudah longgar jadi ketat. Masjid raya yang tadinya terbuka untuk umum harus ditutup kecuali masjid komplek yang jamaahnya warga sekitar.
Perihal pandemi ini bukan yang pertama terjadi dalam sejarah manusia. Dulu pernah bahkan lebih dahsyat. Masjid-masjid ditutup dan para ulama berdiam di rumah karena wabah penyakit. Ingat ya ini yang beribadah di rumah para ulama, orang yang hatinya sudah terpaut dengan masjid bukan kelompok kaleng2an.
Al Imam Al Hafizh Adz Dzahabi Rahimahillahu berkata:
وفي سنةِ ثمانٍ وأربعين وأربعمائةٍ كَانَ القَحْطُ عَظِيْماً بِمِصْرَ وَبَالأَنْدَلُس، وَمَا عُهِدَ قَحْطٌ وَلاَ وَبَاءٌ مِثْله بقُرْطُبَة، حَتَّى بَقِيَت المَسَاجِدُ مغلقَة بِلاَ مُصَلٍّ، وَسُمِّيَ عَام الْجُوع الكَبِيْر. ينظر سير أعلام النبلاء (18/311) طبعة الرسالة من الشاملة.
“Pada tahun 448 H, terjadi kekeringan (paceklik) besar di Mesir dan Andalusia. Belum pernah sebelumnya terjadi kekeringan dan tidak pula wabah seperti itu di Cordoba, hingga masjid-masjid terpaksa ditutup dan tidak ada orang yang shalat. Saat itu dinamakan Tahun Kelaparan Hebat”.
(Adz Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala’, 18/311).
Pada tahun 749 H terjadi wabah Thaa’un di Mesir, Al Maqriziy berkata :
وتعطل الأذان من عدة مواضع وبقي في الموضع المشهور بأذان واحد… و غلقت أكثر المساجد و الزوايا
(السلوك لمعرفة دول الملوك 88/4)
“Di banyak tempat Azan ditiadakan. Tinggallah azan hanya sekali di satu tempat yang terkenal… (Saat itu) banyak masjid dan surau-surau yang terpaksa ditutup”. (As Suluk li Ma’rifah Dual Al Muluk, 4/88).
Pada masa Tabi’in juga terjadi peristiwa serupa. Seorang tabi’in yang mulia, Masruq bin Al Ajda’ Al Wadi’i Rahimahullah berkata:
كان يمكث في بيته أيام الطَّاعُونِ ويَقُولُ: أَيَّامُ تَشَاغُلٍ فَأُحِبُّ أَنْ أَخْلُوَ لِلْعِبَادَةِ فَكَانَ يَتَنَحَّى فَيَخْلُو لِلْعِبَادَةِ ,
قَالَت زوجته:
فَرُبَّمَا جَلَسْتُ خَلْفَهُ أَبْكِي مِمَّا أَرَاهُ يَصْنَعُ بِنَفْسِهِ وَكَانَ يُصَلِّي حَتَّى تَوَرَّمَ قَدَمَاهُ”.
(الطبقات لابن سعد ج٦ ص٨١)
“Beliau berdiam diri dalam rumahnya pada hati-hari merebaknya wabah Thaa’un, seraya berkata: “Hari-hari penuh kepayahan, dan aku ingin fokus beribadah”. Lalu beliau mengambil sudut rumah dan berkhalwat untuk ibadah.
Istrinya berkata: “Kadang aku duduk di belakangnya sambil menangis menyaksikan apa yang beliau lakukan atas dirinya. Adalah Beliau shalat hingga kedua kakinya bengkak-bengkak”.
(Ibnu Sa’ad, Ath-Thabaqaat, 6/81).
Dan yang terkenal adalah wabah Thaun di masa pemerintahan Umar bin Khathab. Kurang alim apa Umar tapi toh Allah takdirkan datangnya wabah pada masa pemerintahannya. Karena memang wabah ini tidak terikat pada kealiman seseorang atau ketakwaan penduduk satu negeri.
Saat itu di wilayah Syam terjadi wabah Thaun, yang jadi gubernur Syam adalah Abu Ubaidah yang digelari orang kuat dan kepercayaan Rasul. Beliau wafat terkena wabah ini. Penggantinya Muadz bin Jabal juga wafat terkena penyakit ini. Wabah ini baru reda setelah gubernur selanjutnya Amr bin Ash menganalisa pola penyebarannya kemudian beliau memisahkan orang yang sakit dengan orang yang sehat dan memerintahkan masyarakat menghindari kerumunan dengan bersembunyi ke gua2 dan gunung2. Cerdas emang Amr bin Ash, gak pake kuliah epid apalagi jadi doktor tapi bisa tau ilmu epidemiologi.
Abu Ubaidah salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah ﷺ, wafat karena wabah. Muadz bin Jabbal pemuka para ulama, rujukan para sahabat kalo ragu2 akan suatu hukum, juga wafat karena wabah. Kurang mulia apa mereka berdua, kurang hebat apa mereka berdua yang telah mengikuti semua pertempuran bersama Rasulullah ﷺ. Toh hidupnya harus berakhir karena wabah.
Lalu anda siapa ? orang yang ke masjid cuma kalo denger azan, yang gak hapal Al Quran, yang gak tau beristinbath dari Al Quran dan hadits, yang tidurnya lebih panjang daripada tahajudnya. Tapi pede banget gak bakal kena wabah sehingga gak pake masker, tetep berkerumun, dan tetap berkeliaran. Nie orang kayak uda tanda tangan kontrak ama Izrail aja, uda tau gak bakal mati.
Jika suatu penyakit itu mewabah maka bukan iman dan amal sholeh yang jadi perisai kita. Coz orang2 yang jauh lebih sholeh dari kita pun wafat. Hanya penerapan protokol kesehatan yang menjadi perisai tubuh dan itu yang dilakukan oleh Amr bin Ash.
MUI sudah mengeluarkan himbauan untuk beribadah di rumah akibat pandemi ini. Dan seperti biasa ada sekelompok orang yang merasa imannya gak mantep kalo meninggalkan masjid. Duh… mereka gak tau apa kalo sahabat nabi yang uda punya tiket surga aja gugur kena wabah apalagi yang cuma ke mesjid buat sholat doang.
Mari terapkan protokol kesehatan dan berdoalah.
Recent Comments