Nabi Sulaiman, Sebaik-baiknya Hamba
Nabi Sulaiman, Sebaik-baiknya Hamba
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Nabi Sulaiman kaya tapi dipuji Allah,
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al An’am : 84)
Al Quran menyebut Nabi Sulaiman bersama dengan nabi2 lain dan menggolongkannya kepada orang2 yang berbuat baik. Artinya kekayaan beliau bukanlah halangan untuk mendapat karunia dan petunjuk Allah. Beliau mendapat kedudukan yang mulia seperti nabi2 lain.
Ini perlu saya jelaskan coz sebagian orang mengenyampingkan kekayaan dengan surga. Seakan2 orang kaya jauh dari surga. Biar miskin yang penting masuk surga, orang kaya hisabnya lama di akhirat, lebih baik sedikit tapi halal daripada banyak haram, dst. Kalimat2 seperti ini sering kita dengar. Ini kalimat apriori, tanpa ada kajian yang mendalam sudah bikin konklusi. Akhirnya usaha berhenti pada apa yang didapat tanpa ada pelipatgandaan amal. Sehingga ketika harta berputar di kalangan taipan kita cuma bisa melongok doang.
Kita taunya Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang zuhud, menjaga makanan yang masuk ke perutnya dengan hanya makan adas. Budaknya ampe protes saking gak kuatnya. Ini yang komplain budak bukan bangsawan, artinya menu adas setiap hari uda bener2 keterlaluan bagi rakyat jelata. Namun begitu si budak ngeliat khalifah Umar tetap makan adas akhirnya dia terdiam. Orang shalih dekatnya dengan kesederhanaan (baca kemiskinan) menurut kamus kita.
Tapi kita tidak tau bahwa sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz pernah memakai pakaian seharga 500 dinar (setara dengan 1,65 Milyar!). Bahkan Raffi Ahmad sultannya Andara tak punya baju diatas 1 M. Bener2 tajir melintir kehidupan seorang Umar. Pada masa itu beliau menjadi trendsetter fashion. Ada sebutan baju Umar merujuk pada fashion yang dikenakannya. Jadi kalo Umar pake baju hijau tosca maka trend fashion jadi hijau tosca, kalo pake putih ivory maka trendnya jadi ivory.
Tercelakah gaya hidup Umar saat itu ? Tidak, wong duit2 sendiri bukan duit ente. Napa ente yang rusuh minta audit sgala. Giliran ada trilyunan dana publik yang gak dipake2 mingkem bae… niki matur nopo, mboten jelas nggih.
Kemarin muncul foto Mark Zuckenberg bersama istri sedang jalan pake baju kaos disandingkan dengan foto orang pake kemeja berdasi. Dibawahnya ada tulisan yang punya uang trilyunan penampilannya lebih sederhana daripada yang gak punya duit. Trus orang2 minim harta merasa bangga bahwa selama ini mereka berpenampilan seperti konglomerat. Penampilan gak penting, yang penting iman, begitu menurut mereka.
Uang itu bukan segalanya dalam hidup, kata mereka. Pastikan dulu anda punya uang sebelum ngomong begini, kata Warren Buffet orang kaya di AS.
Umar bin Abdul Aziz mematikan lampu yang minyaknya dibeli dari APBN ketika anaknya membicarakan masalah keluarga. Qo bisa ? Iya bagi orang yang sudah pernah memakai baju seharga 1,65 milyar, dunia tidak ada harganya dimata mereka.
Maka ketika uangmu ratusan milyar trus jalan2 bersama istri pake kaos dan sandal jepit, no problemo. Orang akan bilang liat tuh gayanya orang kaya. Tapi kalo uangmu terbatas trus berwisata pake kaos oblong, netijen akan ngomong kasian padahal dia termasuk muasis dakwah.
Kisah nabi Sulaiman ini akan memberi gambaran kepada kita bahwa kekayaan itu bisa mengatarkan pemiliknya ke surga. Sulaiman adalah prototype hamba yang diberi kekayaan dan menggunakannya untuk ketaatan. Salah satu contohnya beliau membangun masjid Al Aqsho.
Jadi begini urutan pembangunannya bagi kalian yang males ikut kuis :
Masjidil Haram dibangun oleh nabi Ibrahim as
Masjidil Aqsho dibangun oleh nabi Sulaiman as
Masjid Nabawi dibangun oleh nabi Muhammad ﷺ
Yang ikut kuis kemarin pasti tau ketika jawab soal no 11 kenapa 3 masjid ini memiliki keistimewaan. Nabi Sulaiman tidak sekedar ibadah di mihrab sebagaimana diajarkan oleh ayahnya. Beliau juga membangun masjid untuk ibadah khalayak ramai. Wajarlah namanya juga konglomerat. Namun Rasulullah ﷺ yang tidak memiliki kekayaan sebanyak Sulaiman bisa membangun masjid. Nah yang ini namanya niat.
Agama ini menutup semua pintu dari sisi kebaikan. Ada yang tajir melintir bangun masjid dan ada pula yang biasa2 saja juga bangun masjid. Apapun kondisi kita maka bukan alasan untuk tidak berbuat baik. Ini yang namanya ketaatan. Paham ya…?
Tidak masalah kalian tidak bersedekah pada santunan yatim karena tidak memiliki uang, namun bantu2 sebar proposal bisa dong…? Jangan uda gak nyumbang pun gak bantu sebar, pokoke diem2 bae. Ampun dah… besok2 saya panggil kalian wapres, coz di negeri ini hanya wapres yang meneng wae.
3 masjid yang disebut diatas memiliki keistimewaan.
“Janganlah (kalian) mengkhususkan melakukan perjalanan (jauh) kecuali menuju tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram, Masjidku (masjid Nabawi), dan masjid al-Aqsha”. (H.R. Bukhari-Muslim).
Jadi karena nilai ibadah di masjid Istiqlal sama dengan ibadah di masjid Mujahidin Pamulang maka ngapain Eva Fajriyanti 99 jauh2 ke Istiqlal. Karena nilai sholat di masjid At Tin sama dengan sholat di musholla Qurrota A’yun maka ngapain Feri Suranto ‘98 jauh2 ke At Tin. Pun karena nilai sholat Jumat di masjid kubah emas sama dengan sholjum di masjid Al Ikhlash maka ngapain Nursalam ’97 jauh2 ke kubah emas. Namun nilai sholat di 3 masjid yang disebutkan dalam hadits diatas berbeda dengan seluruh masjid yang ada di dunia. Sehingga tidak rugi jika kita melakukan safar kesana.
Nilai sholat di masjidil Haram dan masjid nabawi sebagaimana termaktub dalam hadits
Shalat di masjidku (masjid Nabawi) lebih utama daripada seribu shalat di tempat yang lain, kecuali Masjidil Haram, dan shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada seratus ribu shalat di tempat yang lain.
(HR. Ibnu Majah, no: 1406, dan dishahihkan oleh Al-Albani, kitab irwa Al-Galil, jilid: 4, hal: 341).
Sementara sholat di masjid Aqsho Rasulullah ﷺ bersabda :
“Sesungguhnya, ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi : Lalu Nabi ﷺ berkata : “Adapun yang dua, maka telah diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan)” [HR An-Nasa’i, Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Haakim dan Al-Baihaqi]
So.. yang ziarah ke masjidil Aqsho, bukan karena ingin selfie atau update status namun semata2 ingin sholat maka seluruh dosanya diampuni sehingga dia kembali bersih seperti bayi yang baru lahir.
Hidup kaya raya, matinya masuk surga adalah tagline dalam kehidupan Nabi Sulaiman. Sementara tagline hidup saya : mencari ridho Allah, ini jaman SMA waktu awal2 ngaji. Semua anak rohis kalo ditanya jawabnya begini. Ini tagline uda kayak times new roman, kaku dan jadi default MS Word.
Sesuai dengan karakter times new roman yang tegak kaku maka pemahaman tagline pun kaku pula. Gak pa2 kita susah yang penting Allah ridho, seakan2 jika hidup mudah maka Allah gak ridho.
Gak pa2 kita miskin yang penting Allah ridho, seakan2 jika kaya maka Allah tidak ridho. Kasian bener pemahaman seperti ini. Memposisikan keridhoan Allah dengan kesusahan, kemiskinan, dan kesulitan.
Kisah Nabi Sulaiman membantah pemahaman diatas. Bahwa keridhoan Allah ada pada orang miskin dan orang kaya, pada orang yang diberi kesulitan dan orang yang diberi kemudahan. Dan pada setiap kondisi ada keridhoanNya. Karena keridhoan Allah tergantung pada ketaatan bukan pada kondisi. Allah ridho pada orang miskin yang bersabar dan orang kaya yang bersyukur. Jadi sabar dan syukur adalah kuncinya, bukan pada kaya dan miskinnya.
Jika diberi pilihan mau jadi orang kaya yang bersyukur atau orang miskin yang bersabar maka jawaban kita adalah orang kaya yang bersyukur. So… karena kita tak tau takdir hidup apakah jadi kaya atau miskin maka berusahalah jadi orang kaya. Adapun jika belum juga kaya maka bersabarlah. Maka jadilah kita senantiasa berada pada satu dari dua kebaikan.
Recent Comments