Kisah Maryam: Jika Akhir Itu Diketahui

Jika Akhir Itu Diketahui
Ilustrasi foto: TadabburDaily
Bagikan

Kisah Maryam: Jika Akhir Itu Diketahui

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Ujian yang dialami Maryam itu sungguh berat. Menjelaskan kehamilan diluar pernikahan bukan karena perbuatan zina sungguh diluar kemampuan. Jangankan kondisi pada saat itu, sekarang pun jika ada seorang janda hamil tanpa ada suami dianggap melakukan zina. Padahal bisa saja pasca kematian sang suami, si janda ini ikut program bayi tabung dengan sperma suami yang sebelumnya disimpan di bank sperma sebagaimana yang pernah terjadi di AS (kalo gak salah, uda lama baca beritanya). Ini logis menurut ilmu kedokteran tapi coba bawa kasus ini ke kampung. Paling ilmiah dibilang hamil oleh genderuwo.

Seorang perawan harus menjelaskan permasalahan hamil tanpa suami ditengah teknologi bank sperma dan bayi tabung belum ada. Tuduhan masyarakat 100% akan mengatakan hamil karena berzina. Mengklarifikasi tuduhan ini dengan menjelaskan penyebab hamil karena tiupan ruhul qudus sangat berat. Tak sanggup akal manusia memahaminya. Itu kesulitan pertama.

Kesulitan kedua adalah pertaruhan nama baik agama. Jika pembelaan Maryam perihal kehamilannya tidak bisa diterima oleh masyarakat maka jatuh martabat keluarga Imran dan nabi Zakariya sebagai pembawa risalah Islam. Masyarakat akan mencemooh perbuatan khidmat di mihrab. Masyarakat akan ketawa mendengar orang sholat di mihrab. Yang sholat aja zina, yang gak sholat malah gak zina mendingan gak sholat begitu konklusi masyarakat.

Ini mirip dengan keadaan kita sekarang. Melaksanakan sholat berjamaah apalagi sholat Jumat di masjid adalah sebuah pertaruhan nama baik agama. Sekali muncul sebutan klaster masjid ini dan itu, habis sudah Islam diunyek2 media sekuler. Masjid sebagai tempat terbesar penyebaran corona. Kalo kita mati trus Allah tanya kenapa masjid tidak dikenal sebagai rumah Allah tetapi sebagai rumah corona, lalu apa hujjah kita ? Maka sekali lagi saya katakan di pundak kita masing2 ada nama baik Islam. Berhati2 dalam mengambil sikap.

Kesulitan ketiga disebabkan oleh kehamilan itu sendiri. Jangan dikira mentang2 mengandung Al Masih trus hamilnya enak, gak pake pusing dan gak pake muntah2. Trus pas lahir langsung brojol. Tidak ! Maryam mengalami kesulitan sama seperti para wanita yang hamil pertama kali. Bahkan menjadi berat karena ada beban psikis diatas.

Sungguh berat beban yang dipikul oleh Maryam. Begitu beratnya hingga beliau berkata :

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (Maryam : 23)

Lebih baik mati atau menjadi barang yang tidak berarti dan dilupakan, ini ungkapan yang menunjukkan beratnya beban yang dipikul oleh Maryam. Kapan ucapan itu diungkapan ? Sebelum kelahiran Isa Al Masih. Sebelum beliau tau bahwa anak yang dikandungnya adalah seorang nabi.

Jibril hanya kasi kisi2 kalo anak yang dikandungnya adalah anak laki2 suci (Maryam : 19). Gak disebut nanti dia bakal jadi nabi atau dia yang akan selesaikan semua masalah ibunya. Yang ada malah Jibril ngomong : Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam : 24)

Uniknya Maryam sedih karena bakal menghadapi tuduhan Bani Israil tapi malah dihibur oleh hal lain dan bukan dijanjikan penyelesaian masalah. Ini Maryam masih gak tau bagaimana Allah menyelesaikan masalahnya, yang ada hanya perintah : Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Maryam : 26)

Maryam hanya menaati perintah Allah untuk puasa bicara. Kemudian tibalah hari penghakiman dimana Maryam harus menghadapi kekuatirannya :

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, (Maryam : 27-30)

Hikmah akhirnya terungkap. Saat ditanya oleh Bani Israil, Maryam hanya menunjuk tanpa pernah tau apa yang bakal terjadi. Masalah yang semula dikuatirkan hingga lebih baik mati atau dilupakan daripada menghadapinya ternyata begitu mudahnya selesai. Puluhan pertanyaan dan kekuatiran akan tuduhan Bani Israil tuntas oleh sebuah telunjuk !

 Maka Maryam menunjuk kepada anaknya, iya segitu gampangnya menjelaskan hal2 yang sebelumnya rumit bukan dengan menghadirkan novum baru atau menggunakan kekuatan kata tapi dengan telunjuk ! Cukup menunjuk dengan tangan maka segalanya selesai. Masya Allah… sumpah ini keren abis. Allah kalo uda menurunkan pertolonganNya selalu menggagumkan.

Ada debat ilmiah antara bani Israil dengan Maryam. Sudah berapi2 bani Israil ngomong sampai bawa bukti sejarah nasab Hai saudara perempuan Harun. Dan bukti2 lain : ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina. Semata2 untuk menggugurkan klaim Maryam hamil karena tiupan ruhul qudus, tapi sang lawan malah tak berkutik dengan telunjuk. 

Nabi Isa menepis semua tuduhan yang disematkan kepada ibunya. Semua puas dengan argumen nabi Isa dan mengakui kelahirannya sebagai mukjizat. Rumor zina di tengah masyarakat pun hilang. Disamping itu adanya mukjizat bayi bisa bicara semakin memperteguh keimanan masyarakat kepada kekuasaan Allah.

Misal nih misal, menurut kalian jika sebelumnya Maryam tau bahwa anak yang dikandungnya adalah seorang nabi yang akan menyelesaikan semua beban masalahnya, apakah beliau akan mengucapkan kalimat : “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan” ? Pasti tidak.

Begitulah hikmah Allah. Dia selalu menyembunyikan jalan keluar dalam setiap permasalahan. Masalah bagi Maryam adalah kehamilan tanpa suami di tengah kaumnya padahal bayi yang dikandungnya itu adalah solusi permasalahannya. Maryam tak pernah tau dan kita pun tak pernah tau hikmah yang Allah tetapkan.

Kalo dari awal dibuka hikmah ini tentu Maryam takkan gelisah dan sedih hingga mengucapkan kalimat lebih baik mati atau dilupakan. Kalo dari awal bakal uda tau bisa ngomong tuh bayi, sebelum pertanyaan dilontarkan pasti uda disuruh ngomong. Namun semua ada waktunya, di detik2 terakhir inilah Allah tampakkan hikmahNya yang luar biasa. Masya Allah… ?

Kisah kita hari ini adalah lockdown karena corona di bulan Ramadhan. Beribadah ditengah pandemi pada saat puasa adalah hal yang menyulitkan. Kemampuan finansial kita telah berkurang disaat kebutuhan meroket. Banyak orderan dicancel, terima THR hanya pokoknya saja, uda gonta ganti profesi tetep aja duit gak keliatan, proyek2 mandeg sementara pengeluaran tetap bahkan melebihi ambang batas. Dan yang bikin kepala cenat cenut PSBB gagal, tak berefek menurunkan grafik. Alamat bakal diperpanjang dan bakal ribut lagi antara yg buka masjid dan yg tutup masjid. Mikirin kondisi ini jadi pengen ngucap seperti yang dikatakan oleh Maryam : “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

Namun cerita kita sekarang belum usai sehingga hikmah belum terungkap. Padahal jika kita tau hikmah Allah kenapa corona masih mewabah di bulan puasa, boleh jadi ini adalah Ramadhan terbaik sepanjang hidup kita.

So… Bersabarlah dan berbaik sangkalah kepada Allah dan selalu tebar kebaikan. ❤️

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: