Keutamaan Puasa

Oleh: Muhyidin, SKM
Note: tulisan ini telah dimuat di buletin KALAM (Kajian Islam Lobam) pada bulan September 2006
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah: 183)
Jika seluruh tahun itu racun, maka Ramadhan adalah obatnya. Bulan Ramadhan sangat dinanti-nantikan oleh Rasulullah dan para sahabat. Bahkan di bulan Rajab, mereka berdo’a “Allahumma baariklana fii Rajaba wa Sya’ban wa balligna Ramadhan”- Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan. Jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba, mereka mempersiapkan diri untuk menyambut tamu agung ini dengan meningkatkan amal ibadah dan berharap dapat bertemu dengan bulan Ramadhan.
Puasa adalah ibadah yang bersifat rahasia, hanya Allah dan kita sendirilah yang mengetahuinya. Tidak seperti amal perbuatan lain yang kembali menjadi hak milik si pelakunya, sesungguhnya puasa itu untuk Allah, dan Allah jualah yang akan membalasnya.
Nabi saw bersabda, “Adalah ketika tiba hari Kiamat, tampaklah suatu jamaah yang melayang-layang, terba ng dengan sayapnya seperti burung di atas pagar-pagar surga. Lalu malaikat penjaga surga bertanya, “Siapakah kalian?” Jawab mereka, “Kami adalah orang-orang dari umat Muhammad.” Malaikat bertanya, “ Beritahukanlah kepadaku, bagaimana hisab amal kalian?” Mereka menjawab “Tidak, kami tidak terkena hisab, kami lolos dari hisab.” Malaikat bertanya, “Bagaimana kalian melintasi shirat?” Jawab mereka, “Tidak, kami tidak melintasi shirat.” Malaikat menjadi tercengang, “Mengapa kalian sampai pada tingkat kedudukan yang tinggi ini?” Jawab mereka, “Ketika hidup di dunia, kami beramal taat dan beribadah kepada Allah dengan penuh rahasia. Karena itu kami sampai ke tingkat tertinggi di surga ini pun berlangsung dengan rahasia.”
Fungsi Puasa
Setidaknya, ada empat fungsi puasa di bulan Ramadhan. Pertama, fungsi ketaatan. Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan adalah orang-orang beriman yang taat meninggalkan hal-hal yang lazim dilakukan sehari-hari tetapi mereka meninggalkannya hanya untuk Allah. Kedua, fungsi kompetisi. Di bulan ini, segala amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Bahkan terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan dimana beramai-ramai manusia berkompetisi untuk dapat mendapatkannya dengan memperbanyak tilawah Al Qur’an, shodaqoh dan amalan lainnya.
Ketiga, fungsi penghargaan. Bulan Ramadhan merupakan bulan mulia dan spesial dari bulan-bulan lainnya yang diberikan Allah kepada kita. Bulan penuh rahmat dan ampunan, dilipatgandakan segala amal kebaikan, dan ditutupnya pintu neraka. Kitapun harus berperilaku beda dengan meningkatkan amal ibadah kita.
Keempat, fungsi kemanusiaan. Dengan berpuasa, kita dapat merasakan lapar dan dahaga yang dapat meningkatkan sensitivitas kita kepada sesama. Lapar yang kita rasakan tidak seberapa dibandingkan dengan saudara-saudara kita yang mungkin sudah beberapa hari tidak makan. Di bulan ini juga kita dianjurkan untuk zakat fitrah dan memperbanyak shodaqoh kepada orang yang membutuhkan. Yang dengan kata lain, berfungsi sosial dengan peduli kepada sesama.
Tingkatan Orang yang Berpuasa
Menurut Imam Al Ghazali, tingkatan orang berpuasa itu ada tiga macam. Pertama puasa umum, yaitu puasa yang dikerjakan oleh kebanyakan umat – orang awam. Mereka sebatas menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh dengan istrinya. Selama berpuasa, mereka tidak dapat mengendalikan lisannya dari maksiat, tidak dapat mengendalikan harinya dari sifat-sifat buruknya.
Kedua puasa khusus, yaitu puasa yang dikerjakan oleh para shalihin. Mereka mengekang anggota badannya dari perbuatan dosa seperti menundukkan pandangan dari sesuatu yang tercela; memelihara lisan dari ghibah, dusta, adu domba, dan sumpah palsu; memelihara telinga dari mendengarkan sesuatu yang dibenci agama; dan memelihara segenap anggota tubuh dari sesuatu yang dibenci agama.
Ketiga puasa khawashul khawash, ialah puasa khusus. Puasa ini tingkatannya lebih tinggi karena tidak hanya memelihara anggota badan tetapi memelihara hati dan kemauan dan pikiran-pikiran yang rendah yang bersifat duniawi. Seseorang yang mencapai tingkatan ini akan berpuasa dengan niat yang terus-menerus karena Allah. Puasa yang demikian ini setingkat dengan puasa para Nabi dan para shidiqin.
Saudaraku, semoga kita bisa memanfaatkan momentum bulan Ramadhan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah dan amal kebaikan kita. Karena tidak ada yang bisa menjamin kalau kita bisa bertemu dengannya lagi. Wallahu’alam_bisshowab.
Recent Comments