Doa yang Tulus

Doa yang tulus
Ilustrasi foto: akurat.co
Bagikan

Doa yang Tulus

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Nyambung materi tentang doa. Jadi begini, dalam ibadah itu ada tingkatan. Para ulama membedakan tingkatan ibadah dari pelakunya : ibadah orang awam, ibadah orang khusus, dan ibadahnya orang khusus dari yang khusus. Kenapa dibedakan ? Karena salah satunya adalah niat dan keinginan mereka untuk beribadah berbeda. Misalkan orang awam lebih banyak beribadah mengejar pahala. Baca Al Quran berlembar2 halaman dan sholat tarawih banyak raka’at adalah contohnya. Jika ditanyakan ke mereka untuk apa maka jawabnya agar pahalanya lebih banyak.

Orang2 khusus lebih mementingkan tujuan dari ibadah itu. Baca Al Quran agar menambah pemahaman, sholat agar menyucikan jiwa dan mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Bukan banyaknya bilangan yang mereka cari. Sementara orang2 yang lebih khusus lagi beribadah untuk mencari keridhoan Allah.

Orang awam tak bisa dipaksa untuk berkeinginan seperti orang khusus karena mereka tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup dalam agama. Seperti tatkala membaca Al Quran mereka tak paham arti dan maknanya. Ini yang menyebabkan masing2 kelompok beribadah menurut kemampuannya.

Nah berdoa juga seperti itu… walau lafaz yang diucapkan sama tapi jika dibaca oleh orang awam akan beda getarannya di langit jika dibaca oleh orang khusus. Pengetahuan, pemahaman, dan yang penting kondisi hatinya yang berbeda.

Orang awam berdoa untuk mendapatkan pahala, seperti kita baca al ma’tsurat tiap hari bukan untuk meraih tujuan dari wirid/doa tersebut. Contohnya begini kalo kita punya hutang/cicilan, gak usah bingung gimana bayarnya, baca aja wirid ini :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Allahumma inni a’udzu bika minal hammi wal hazani wa a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasali wa a’udzu bika minal jubni wal bukhli wa a’udzu bika min ghalabatid daini waqahrir rijal.
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir. Aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia).

Menurut pengakuan Abu Umamah RA, setelah ia mengamalkan dan membaca doa yang diajarkan Nabi tersebut, Allah menghilangkan kebingungan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, ketakutan, dan utang-utangnya dapat dilunasi. (HR Abu Daud).

Silakan baca berulang2 seraya meyakininya lalu liat bagaimana hasilnya. Jika debt collector masih trus telpon berarti doa kita tidak mustajab. Bukan lafaznya yang tidak cespleng tapi lisan kita terlalu banyak dosa. Buktinya begitu dibaca Abu Umamah langsung manjur.

Jadi doa itu bukan soal lafaznya. Banyak doa dalam Al Quran dan hadits yang kita hapal tapi tak satupun yang berefek ketika dibaca.

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
“Hasbunallah wani’mal-wakil, ni’mal-mawla, wani’man-nashir.”
(Cukuplah Allah tempat berserah diri bagi kami, sebaik-baik pelindung kami, dan sebaik-baik penolong kami).

Coba kita baca ini tatkala uang habis sementara anak istri uda meringis kelaparan, mau minjem duit gak dapet2, selesaikah masalah kita ? Nabi Ibrahim baca ini, dibakar gak hangus. Kaum muslimin baca ini tatkala menghadapi pasukan sekutu dalam jumlah besar bukan hanya tak gentar malah bertambah imannya (3:173). Orang shalih dulu wirid doa ini masalahnya selesai sementara kita dengan masalah lebih kecil ampe bosen mengulang gak kelar2 juga masalahnya.

Keyakinan adalah kata kuncinya. Keyakinan yang ada di hati kita berbeda dengan keyakinannya para sahabat. Jika kita berdoa minta rezeki tapi tak pernah melihat kekayaan Allah maka tingkat keyakinan kita belum sampe pada ainul yaqin. Begitupun jika kita berdoa tapi tak pernah melihat kekuasaanNya maka doa kita belum sampe pada ainul yaqin. Itu sebabnya berulang2 materi tentang tahajud digelontorkan ternyata masih banyak yang bolong. Karena kita lebih yakin dengan uang dari perusahaan (baca gaji) daripada uang dari Allah. Lebih yakin masalah selesai melalui tangan manusia daripada melalui tangan Allah.

Padahal tak usahlah keyakinan kita seperti keyakinan para sahabat apalagi para nabi. Cukup seperti keyakinan orang kafir yang terombang ambing ditengah lautan maka doa kita kan terkabul.

Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: “Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan Kami dari (bencana) ini, tentulah Kami menjadi orang-orang yang bersyukur”. Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya” (QS. Al-An’am: 63 – 64).

Apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Allah; Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (QS. Al-Ankabut: 65)

Orang kafir boro2 tau rosmul bayan atau kitab kuning, beriman aja kagak. Tapi ada saat dimana keyakinan mereka kepada Allah timbul yakni ketika terjadi bencana tanpa ada satupun yang bisa dimintai tolong kecuali Allah. Bencana ini adanya ditengah lautan kalo di daratan mereka masih bisa lari seperti Kan’an yang lari ke gunung. Tiba2 mereka merendahkan diri seraya memurnikan ketaatan kepada Allah kemudian berdoa dan doa mereka dikabulkan !

Sudah lama kita berdoa tapi tak terkabul. Coba cek hatimu apakah merendah dihadapan Allah. Coz terkadang ketaatan itu membuat kita bangga. Mentang2 senior, mentang2 uda jadi pengurus pusat, mentang2 punya murid banyak. Padahal saya inget banget perkataan Ibnul Qoyyim dalam Madarijus Salikin : isak tangis suara para pendosa yang bertobat lebih Allah sukai daripada riuh rendahnya suara orang berdzikir.

Hati para pendosa yang bertobat sangat butuh rahmat dan ampunan Tuhan persis seperti kondisi hati orang kafir dalam ayat diatas. Sementara hati orang yang berdzikir terkadang lalai bahkan ujub dengan ketaatannya.

Ada orang yang bangun malam jam 1 menghabiskan waktu tersebut dengan ibadah kemudian dia bangga dengan amalannya. Ada juga orang yang bangun malam jam 3.45 kemudian dia beribadah dengan khauf (rasa takut). Dalam hal ini orang kedua lebih baik daripada orang pertama.

Jadi gak pa2 nih bang kalo ane ibadah jam 4 asalkan hati khauf ? TIDAK !! Masalah kalian saat ini adalah bangun malam bukan masalah hati. Kalian fokus dulu pada bangun malam bukan pada masalah hati. Jika bertahun2 tiap hari bangun malam baru bicara pembersihan hati (tazkiyatun nafs).

Karena masalah kita ada 2 yakni membiasakan ibadah dan membenahi hati. Benahi yang pertama baru yang kedua. Ujungnya ilmu itu amal dan ujungnya amal itu ikhlas. Bertahun2 ngaji punya ilmu maka harus beramal. Berulang kali beramal maka harus ikhlash. Inget ya urutannya ilmu, amal dan ikhlas, jangan dibalik2. Ada yang uda khatam belajar bab ikhlas maka dia perbaiki dulu keikhlasannya sebelum beramal. Bukan begitu… tangga selanjutnya setelah ilmu adalah amal, bukan ikhlash. Ngarep selalu ikhlash sebelum beramal ujung2nya malah diem2 bae. Beramallah dan perbanyaklah amalmu kemudian ikhlash lah.

Balik lagi ke doa. Jadi kalo bicara doa mustajab bukan sekedar lafaz-nya yang mutawatir dari Nabi ﷺ atau dari ulama. Yang lebih penting dari itu adalah kondisi hati si pendoa. Dan ini sulit. Ada saat2 hati kita sangat berharap kepada Allah dan ada saat dimana hati ini lalai. Bagaimana cara mendeteksinya ? Gak usah repot2, kita ini orang awam. Nabi ﷺ kasi saran banyak2in aja berdoa/berdzikir disetiap waktu seraya berharap ada doa kita yang nyangkut di langit.

Itu sebabnya doa dan dzikir ulama beda dengan awam walau yang dibaca sama. Ulama berdzikir sampai pada level tujuan dzikir tersebut (makrifat bahasa sufinya) sementara awam berdzikir baru sampe pada level pahala. Jadi jika ulama dzikir perlindungan seperti al ma’tsurat atau rotibul athos maka perlindungan tersebut didapat. Mereka kebal dari covid gak perlu heran. Namun awam yang baca al ma’tsurat hanya sampai pada level pahala. Mereka keluar tanpa masker habislah sudah. Intinya kalo merasa awam jangan belagu.

Satu lagi yang perlu diketahui, kenapa doa ortu maqbul ? Karena hati ortu yang mendoakan anaknya dipenuhi harapan tinggi disertai kerendahan hati yang sangat dalam. Ada yang minta doa kepada teman2 di grup WA ? Boleh2 aja, tapi apa yakin ketika mereka berdoa penuh pengharapan disertai kerendahan hati ? Wong gak pernah ketemu muka, gak pernah ngajak makan, gak pernah kasi hadiah, dan gak pernah beri kebaikan tapi mengharap doa yang tulus. ?‍♂️?‍♂️

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: