Amal Dua Kullah
Amal Dua Kullah
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Pasca 1 jam sejak penayangan materi kemarin, Wina japri saya nanya maksud alinea terakhir. Saya surprise juga tumben2an jam segitu pegang HP. Pernah saya tanya survei jam 13 dia baru jawab jam 17. Saya tanya lagi dia baru jawab jam 19. Ampun dah…
[7/1, 11:05 AM] Deni Prasetio: Wa alaikum salam.
Yg mana ?
[7/1, 11:13 AM] Siti Winarni Fkm: Ttg kesalahan…
[7/1, 11:27 AM] Deni Prasetio: Oo.. nantilah kalo Wina main ke condet saya jelasin. ?
[7/1, 11:28 AM] Siti Winarni Fkm: ???
Emak2 itu, Masya Allah… uda panjang2 kita cerita keberhasilan malah setitik kesalahan yang dia liat. Ini uda kayak supermarket bikin promo great sale 50 % all item kecuali bumbu dapur dan bawang bombay yang malah naik. Semua orang yang belanja disana komennya positif dan kasi rating 5 kecuali emak2 yang cuma kasi rating 4 seraya berkomen : “kalo bisa bumbu dapur dan bawang bombay juga didiskon, kan kita juga butuh juga”
Lha itu barang yang didiskon kan seabreg2 kalo dilist juga lebih dari 5 lembar, kenapa pula cuma masalah bumbu dapur dan bawang bombay bikin rating turun ?
Okelah saya perjelas materi kemarin.
Jadi begini kita harus bisa mengambil pelajaran dari kehidupan ust Hilmi. Apa pelajaran yang bisa diambil ? Untuk masuk surga, anda tidak perlu ma’shum dan tidak pernah salah. Cukuplah jadi air dua kulah, maka najis tak akan membahayakan.
“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran (najis).” (HR. Ad Daruquthni)
“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak ada sesuatupun yang menajiskannya. ” (HR. Ibnu Majah dan Ad Darimi)
Amal kita harus banyak, jauh lebih banyak dari dosa dan kesalahan yang ada. Karena Allah telah berjanji dalam KitabNya :
Barang siapa berat amal timbangannya, maka dia berada dalam kehidupan yang menyenangkan. (Q.S. al-Qoriah : 6-7)
Al Quran tidak mengatakan “barang siapa nihil timbangan keburukannya maka dia berada dalam kehidupan yang menyenangkan.” Tidak, karena kalo konteksnya seperti ini hanya golongan para nabi dan rasul yang masuk surga. Justru Al Quran bicara Barang siapa berat amal timbangannya, artinya orang tersebut punya keburukan hanya saja kebaikannya lebih banyak.
Yang merugi adalah orang yang kebaikannya sedikit. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. al-Qoriah : 8-9). Kalian liat bagaimana kitabmu berbicara. Al Quran tidak menggunakan kalimat “orang2 yang berat timbangan keburukannya” padahal nyata2 manusia yang masuk neraka pasti karena amal keburukannya lebih banyak dari kebaikan. Dua kali Al Quran bercerita perihal penghuni surga dan neraka dan keduanya menggunakan timbangan kebaikan ! Yang satu timbangan kebaikannya berat dan satunya lagi ringan. Tau apa artinya ? Al Quran nyuruh kita FOKUS PADA KEBAIKAN.
Fokus pada kebaikan, inilah pelajaran yang saya ambil dari kehidupan ust Hilmi Aminuddin. Fokus beramal sehingga beliau bisa membangun jamaah sebesar ini. Keluar dari penjara bukan merenung atau uzlah seperti kebanyakan aktivis. Widji Thukul aktivis HAM tahun 98 ditangkap trus menghilang, saya pernah baca tulisan ada orang yang menemukan dia dengan kondisi dan pandangan yang berbeda, nilai2 kritisnya sudah hilang. Namun ust Hilmi berbeda, beliau tetap berdakwah dengan mencoba strategi lain hingga harakah ini bisa diterima oleh masyarakat. Beramal dan beramal itu resepnya.
Bagaimana agar amal bisa banyak ? lakukan amal2 yang bisa berkembang biak secara otomatis, mirip sistem MLM. Mendidik anak, sedekah, mengajarkan Al Quran adalah salah satu metode perkembangbiakkan. Sekali seorang anak baik karena didikkan ortu maka selamanya ortu mendapat ganjaran. Ketika sedekah itu diterima maka semua perbuatan baik yang timbul darinya, kita dapatkan pahalanya. Sekali seseorang bisa membaca Al Quran karena perbuatan kita maka selama dia membaca, kita pun mendapatkan pahalanya.
Namun dari amal2 yang bisa berkembang itu ada satu amal yang menjadi the winner, yakni menjadi pioner dalam kebaikan. Dan disinilah level ust Hilmi. Dulu gak ada siswa SMA yang hapal ayat2 Al Quran atau paham agama. Namun ketika tarbiyah masuk kesana maka pengetahuan siswa SMA bisa diadu dengan siswa aliyah. Hal yang sama juga terjadi pada kampus2 umum. Hampir seluruh sekolah dan kampus terutama yang top menjadi perlawanan terhadap aturan seragam yakni penggunaan jilbab.
Masalah jilbab sampai berskala nasional. Level menteri harus turun tangan. Waktu itu jaman Soeharto, kalo menteri sampai turun tangan berarti uda siaga 1. Karena menteri tak akan berbuat kalo bukan “atas petunjuk bapak presiden” (Harmoko mode on)
Wah kalo kalian liat saat itu bagaimana kalang kabutnya kepala sekolah dan kanwil meredam fenomena jilbab pasti akan kagum dengan gerakan tarbiyah. Hingga tahun berapa saya lupa persisnya, pokoknya Ayana lahir saat itu, keluar aturan berseragam sekolah dari dikbud. Temen saya yang kerja disana kasi edarannya ke saya. Dalam edaran tersebut jilbab diakui sebagai seragam sekolah umum.
Coba kalo tidak ada edaran seperti itu, mungkin sekarang Ayana belum pake jilbab… (lebay ya ??).
Siswi2 berjilbab karena peran gerakan tarbiyah yang mengakar di sekolah. Dan gerakan ini lahir karena peran dari para dai yang dimotori oleh ust Hilmi. Amal ust Hilmi seperti yang disabdakan Nabi ﷺ :
Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]
“Barangsiapa mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan pahala orang yang melakukannya setelahnya; tanpa berkurang sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa berkurang sesuatu pun dari dosa-dosa mereka.”[HR. Muslim, no. 1017]
Hidup itu kudu fokus pada amal bukan pada kesalahan. Fokus bagaimana agar amal kita mencapai dua kullah sebagaimana anjuran hadits di depan. Karena dengannya pintu surga terbuka.
Walau tak sanggup kita meniru amal ust Hilmi. Coz terlalu besar dan terlalu kuat cobaannya untuk level kita saat ini. Namun kita bisa mengambil sebuah pelajaran berharga yakni fokus pada amal yang berkembang. Yang punya anak didik mereka dengan sebaik2 pengajaran karena dengannya amal kita kan berkembang. Yang punya harta jangan segan2 bersedekah terutama sedekah produktif. Yang punya ilmu jangan malu2 membagi ilmunya. Yang punya mata… nah kalian baca materi ini baik2 bukan sekedar ngilangin notif yang muncul di WA doang. ?♂️
Recent Comments